Setiap orang pasti pernah merasakan dan mengalami cinta, suatu
perasaan yang membuat hidup ini penuh arti, penuh rasa, dan membuat
hidup ini menjadi dinamis. Kita telah mengenal cinta sejak kita
dilahirkan, saat itu kita mencintai (maaf) puting susu ibu karena dari
situlah sumber kebutuhan biologi kita tercukupi. Setelah itu kita tumbuh
menjadi seorang bocah yang bisa merasakan kasih sayang kedua orang tua
dan kitapun mencintai mereka. Setelah itu kita tumbuh menjadi remaja
yang telah baligh dan mulai mempunyai rasa ketertarikan terhadap lawan
jenis, kemudian kita menjadi dewasa yang telah menemukan jatidiri
sehingga apa yang kita cintaipun menjadi beragam; ada yang cinta harta,
kekuasaan, ilmu, popularitas, dll.
Setiap orang bisa saja memiliki makna yang berbeda-beda tentang
cinta, hal tersebut adalah wajar karena pengalaman dan pengetahuan
tentang cinta mereka juga berbeda. Namun, marilah sejenak kita melihat
arti cinta dari dua tradisi dunia yang berbeda, yaitu dunia barat dan
dunia timur. Dari dunia barat kita mengenal cinta dengan sebutan ”love”.
Cinta disini diartikan sempit sebagai suatu hubungan dua individu yang
umumnya berakhir dengan suatu aktivitas seksual, jadi cinta itu adalah
hubungan seksual. Menurut Dr. Shahba’ Muhammad Bunduq dalam bukunya ”Kaifa Nafham al-Hubb”,
orang barat mengangap tidak ada perbedaan antara perasaan hati dan
kenikmatan fisik. Bahkan mereka biasa menyebut berhubungan intim antara
laki-laki dan perempuan dengan sebutan ”making love”; bercinta. Berbeda dengan budaya timur, yang diwakili oleh bangsa Arab, cinta disebut ”al-hubb” , yang berarti mencakup perasaan secara umum, dan tidak hanya terbatas
pada pengertian dangkal yaitu hanya sebatas hubungan fisik antara pria
dan wanita. Meskipun hubungan antara pria dan wanita terkandung dalam
kosa kata tersebut, tetapi ia dibarengi dengan makna-makna yang
menunjukkan kehangatan. Sebagai orang Indonesia, seharusnya kita
menganut pengertian cinta dari budaya timur ini.
Perasaan cinta bisa menjadi suatu jalan kebahagiaan yang tiada tara
bagi seorang manusia, pun bisa menjadi suatu siksaan yang amat
menyakitkan; semua tergantung dari cara kita memandang dan meraih cinta.
Ajaran Islam telah mengatur umatnya dalam mengamalkan cinta. Jika Kang
Abik telah memberikan sebagian contoh ayat-ayat cinta, maka saya akan
melengkapi dengan hadits-hadits cinta yang pastinya shahih, hadits
tersebut antara lain:
Dari Anas ra. dari Nabi SAW. bersabda: ”Tiga perkara yang apabila
terdapat pada diri seseorang, niscaya ia akan merasakan manisnya iman,
yaitu: Hendaknya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang
lain. Hendaklah bila ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah.
Hendaklah ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci
kalau akan dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari)
Penjelasan
Nabi SAW. menjelaskan bahwa ada tiga hal yang apabila diamalkan oleh
seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman. Manis disini menunjukkan
arti nikmat, senang, suka terhadap iman. Apabila seseorang merasa
nikmat terhadap sesuatu maka ia tidak akan rela apabila sesuatu itu
lepas dan hilang dari dirinya, apalagi kenikmatan itu adalah kenikmatan
iman, suatu anugerah terbesar yang seharusnya kita syukuri dan harus
benar-benar dipertahankan sampai akhir hayat kita. Jika kita berhasil
mempertahankan iman sampai ajal menjemput, maka demi Allah, surga telah
menanti kita. Tiga hal yang dapat menimbulkan manisnya iman tersebut
adalah;
1. Mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi kecintaan terhadap yang lain
Mencintai Allah dan rasul-Nya harus kita tempatkan pada urutan teratas
dari daftar siapa yang kita cintai. Mencintai Allah dan rasul-Nya
berarti kita bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa kepada Allah,
menuntut ilmu yang berkenaan dengan sunnah Rasulullah SAW. dan
mengamalkannya. Kepentingan Allah dan rasul-Nya harus kita jadikan
prioritas utama dibandingkan dengan urusan lain.
Orang yang mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi kecintaan lainnya akan
memperoleh kenikmatan yang kekal. Sebaliknya orang yang mencintai
sesuatu melebihi kecintaannya terhadap Allah dan rasul-Nya hanya akan
memperoleh kenikmatan nisbi (sementara).
2. Mencintai seseorang karena Allah
Agama mengajarkan cinta dan benci itu bukan karena orangnya, tetapi
karena perbuatannya, apakah ia mengikuti ajaran Allah atau malah
menyimpang dari ajaran Allah. Jika kita mencintai karena orangnya,
seperti karena ia cantik/tampan, atau karena ia kaya, dll.; maka sangat
besar kemungkinan kita akan terbutakan oleh cinta itu, sehingga tidak
lagi dapat membedakan antara yang baik dan buruk. Jika kita mencintai
seseorang karena ia mengikuti ajaran Allah, maka insyaallah hidup kita
akan lebih berkualitas karena setiap saat kita akan berusaha memperbaiki
diri untuk senantiasa bersama mendekatkan diri kepada Allah.
3. Benci kepada kekufuran seperti benci jika dicampakkan ke dalam api neraka.
Siapapun orangnya, pasti tidak akan mau apabila dimasukkan ke dalam api
neraka yang di dalamnya penuh dengan siksaan yang tak pernah kita
bayangkan. Dalam suatu riwayat diceritakan oleh Nabi SAW. bahwa siksaan
paling ringan dalam neraka adalah seseorang yang cuma berdiri sedangkan
otaknya mendidih karena panasnya neraka, na’udzubillah min dzalik. Satu
syarat terakhir agar kita bisa merasakan manisnya iman adalah kita harus
punya semangat untuk menjauhi kekufuran sama seperti semangat kita
untuk tidak mau dimasukkan ke dalam neraka.
Kufur artiya menolak kebenaran, dan orang yang menolak kebenaran dalam
Islam disebut kafir. Orang kafir menolak kebenaran, atau perintah Allah,
dan mengikuti keinginan hawa nafsunya sendiri.
Wallahu a’alam bishshawab. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua, amin.
Nantikan hadits selanjutnya tentang cinta terhadap selain Allah, berapakah kadar yang seharusnya kita berikan pada dia…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar